Hai, kamu apa kabar ? Semoga selalu baik ya :)
Ngomong-ngomong, hari ini ada cerita apa ya. Hem, coba tebak. Eh, kamu bukan dukun ya yang bisa nebak-nebak dengan bantuan makhluk gaib hehe.
Sebenarnya dengan hanya membaca judul dari artikel ini, saya rasa sobat akan langsung paham apa yang akan saya tulis di sini.
Baiklah mari kita terbang terlebih dahulu ke masa lampau, masa-masa yang indah "katanya".
Sebuah lagu dari Tegar Septian yang mengingatkanku akan si dia di masa lampau.
Aku yang dulu bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang 'ku disayang
Dulu, dulu, dulu 'ku menderita
Sekarang aku bahagia
Cita-citaku menjadi orang kaya
Dulu 'ku susah sekarang alhamdulillah
Bersyukurlah pada Yang Mahakuasa
Memberi jalan untukku semua
Kok bisa dari lagu Tegar terus ingat si dia ? Eh ini dia siapa, pasti kamu bertanya-tanya.
Disclaimer!!! Semoga seuprit kisah masa lalu bisa menjadi pelajaran buat teman-teman, bukan untuk ditiru ya.$ads={1}
Suatu ketika di sebuah pengajian, cowok dan cewek digabung menjadi satu ruangan terbuka di dalam sebuah rumah Sang Guru Mengaji saya. Walau digabung, bukan berarti campur berselang-seling gitu tetapi lebih seperti kelompok.
Pada batas antara cowok dan cewek, ada sedikit pembatas yakni lemari. Dan di situ kisah ini bermula...hiyaaa udah deg-degkan ya wkwk.
Pada jaman dulu, lagu tegar ini hits sekali hingga si dia juga ikut-ikutan mempopulerkannya dengan ikut bernyanyi. Mulailah ia sedikit berdendang di tengah ramainya suara anak-anak mengaji. Di ujung bait terakhir, kemudian ia berhenti lalu mengutarakan isi hatinya. Udah cuy saya nggak kuat melanjutkan ceritanya. Intinya di hari itu, kisah kasih sesat pun dimulai.
Kepada ibu-ibu, bapak-bapak, calon ibu dan bapak, serta kakak-kakak yang baik, sekiranya yang mungkin tersesat membaca tulisan saya. Sini saya kasih rahasia untuk tips menangani anak pacaran.
Pengantar awal rasanya sungguh banyak yang kurang, teman-teman bisa bayangkan saja bahkan di tempat pengajian pun gelora asmara seorang anak remaja tetap berlanjut. Apa yang salah ? Banyak yang mesti kita evaluasi bersama.
Saya pernah melewati masa-masa gejolak asmara tersebut, rasanya orang tua saya tak henti-hentinya melarang saya untuk berpacaran. "Sekolah yang bener, jangan pacaran." Begitulah kira-kira yang selalu ibu saya pesankan. Namun, sekadar mengingatkan saja ternyata tidak bisa menahan seorang anak untuk tidak berpacaran. Kenapa ? Kenaaapaaaaa? Eh lebay deh.
Baiklah, langsung saja kita masuk ke Tips Menangani Anak Pacaran. Apa saja ? Cekidot.
Tips Menangani Anak Pacaran
Memang Hormonnya Lagi Melonjak
Kita tahu bahwa hormon yang berperan penting dalam timbulnya hasrat beromantika adalah hormon dopamin. Hormon dopamin ini erat kaitannya dengan hormon kebahagian. Ketika orang sedang jatuh cinta artinya produksi hormon dopaminnya sedang melonjak. Hormon dopamin ini akan menyalurkan sinyal atau tanda ke bagian syaraf otak kita. Nah, apabila si doi menyapa kita ada seperti perasaan dag dig dug ser itu merupakan salah satu sinyal yang diberikan dopamin kepada otak kita.Orang tua harus memahami dulu apa penyebab dari anak jatuh cinta. Sehingga bisa melangkah ke tips lainnya dengan dada yang dingin. Jangan marah-marah ya pak bu.
Dekati Anak dengan Menjadi Peran Seorang Sahabat
Menjadi seorang sahabat, nah ini yang mungkin sering lepas dari orang tua. Satu hal dulu yang pernah terjadi pada saya yaitu takut untuk bercerita dengan orang tua baik ayah maupun ibu. Saya cenderung membuat tembok pemisah dengan orang tua saya dengan tidak banyak-banyak bercerita. Pikiran saya terlalu labil waktu itu, ya namanya anak remaja yang sedang bergejolak hormon dopaminnya sekaligus upaya adaptasi di saat masa puber.
Beberapa orang tua (beberapa lo ya, enggak semuanya) kurang dekat pada anaknya, orang tua sering menganggap jika anaknya baik-baik saja. Tidak pak bu, tidak demikian. Anak kadang malu mengungkapkan perasaannya. Merasa takut jika ia bercerita lebih. Nah, yuk para orang tua jadilah sahabat bagi anak. Bila perlu, sebelum anak bercerita dengan temannya, ia sudah terlebih dahulu bercerita kepada orang tuanya.
Kontrol Anak, Tapi Jangan Dimarah-marahi
Ketika anak sudah kepalang nyemplung ke danau (pacaran), kontrol dulu anaknya pak bu. Jangan dimarah-marahi, itu tidak ada gunanya. Serius deh, bukannya membuat anak langsung putus dengan pacarnya tapi malah membuat anak menjadi stres bahkan depresi. Lho wong lagi dimabuk cinta.
Gunakan strategi yang smooth. Lah gimana tuh caranya? Ah masa orang tua tidak mengerti karakter anaknya sendiri. Cari celah untuk mengingatkan si anak dengan tidak memarahinya. Pelan-pelan asal pasti serta kontinu.
Jangan Diceramahi, Tapi Ajak Diskusi
Nah ini juga penting, berkaitan dengan strategi smooth yang saya singgung di atas bahwa jangan ujug-ujug langsung kasih hadist atau kasih ayat-ayat Al-Quran (bagi muslim).
"Nakkk, kamu itu gak usah pacar-pacaran! Itu mendekati zina! Jangalan sesekali kamu mendekati zina. Mendekatinya aja jangan nak, apalagi sudah melakukannya." Dan bla-bla ceramah yang lainnya.
Percayalah bu/pak, anak akan tutup kuping ketika diceramahi saat ia sedang dimabuk cinta. Seharusnya upaya preventif itu dilakukan saat anak belum nyemplung ke danau. Lalu bagaimana seharusnya? Nah, kalau sudah kejadian "Anak Pacaran" ajaklah diskusi. Diskusi yang seperti apa? Mulai saja dengan hal yang ringan-ringan dulu, baru mengarah ke dampak pacaran.
Jaga Selalu Komunikasi dengan Anak
Ini juga yang sering lepas dari orang tua yakni membuat jarak pada anak dengan jarang berkomunikasi. Tips menangani anak pacaran yang satu ini sangat mudah sekali dilakukan, namun sayang sering disepelekan. Hal sederhana saja, "Nak hari ini belajar apa?" atau tanyakan tentang hobinya contohnya menulis buku atau menulis di blog dan lain-lain. Dukung apa yang ia cita-citakan.
Terkadang anak pacaran itu karena di rumah tidak terjaga komunikasinya, anak cenderung mencari tempat ia berlabuh (minta perhatian). Yuk para orang tua, penuhi kebutuhan anak ya. Dukung terus si anak, jaga selalu komunikasi.
Dikutip dari laman tirto, seorang lulusan dari Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine in New Orleans, LA., Madeline R.Vann merupakan penulis kesehatan selama 15 tahun menyebutkan bahwa anak yang memiliki hubungan kualitas tinggi terhadap keluarganya, khususnya pada orang tua maka ia akan cenderung tidak buru-buru menjalin hubungan romantis "pacaran" dengan lawan jenis di usia dini.
Berdasarkan hal inilah, menurut saya penting membangun keharmonisan terlebih dahulu di rumah agar si anak tidak mencari keharmonisan di luar sana. Kalau anak sudah kepalang nyemplung, jangan panik dan khawatir tapi usahakan untuk terus menjaga komunikasi dan keharmonisan di rumah. Perlahan anak akan menyadari bahwa di rumah ada sumber kasih yang tah terhingga lebih dari sekadar seorang pacar.
Nah, itu dia beberapa tips menangani anak pacaran versi saya (pelaku sejarah masa lampau hehe).
Catatan:
Tulisan ini diikutsertakan pada Challenge tema akhir bulan dari Komunitas Blogger Unsri (Blogsri), "Kisah-kasih di Sekolah".
Sekian tips menangani anak pacaran dari Kuskus Pintar, selamat beristirahat.