Daftar isi [Tampil]
"Jika di berbagai kamus kau tak menemukan definisi yang tepat tentang sesuatu, mungkin sudah saatnya kau yang menciptakan definisimu sendiri."
"Buku ini untukmu yang merasa bahwa kamus dunia sering kali salah mendefinisikanmu." Sebuah pengantar dari Buku Mendengar Nyanyian Sunyi.
Saya ingat betul, ada salah seorang sahabat saya yang mempotret halaman pengantar dari buku karya mba Urfa Qurrota Ainy.
Bukunya mengupas tentang kepribadian introvert yang sering disalahartikan diamnya, cueknya, dan sorot mata sinisnya.
Kita diam, kita salah. Ada yang lagi sakit, lagi ada masalah, temen habis diputusin, eh kita dianggap cuek bebek.
Kita fokus lihat seseorang, eh malah dibilang "Iri bilang bosss!!"
Introvert sering serba salah, pengen ngetik kalimat 'kadang serba salah' tapi terlanjur sering disalahkan.
Jadi begini, introvert hanya tampilan visual kasat mata aja yang kelihatan diam ayem tapi pikiran dan perasaannya sedang pesta pora.
Seperti yang dikatakan mba Urfa berikut ini.
"Keheningan adalah pesta yang meriah bagi pikiran dan jiwa. Undanglah kebahagiaan itu, maka ia akan datang."
Saya jadi teringat dengan kisah peralihan dari SMA ke masa kuliah.
Waktu itu saya diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Sumatera Selatan. Pengumuman via website tersebut memberikan hasil bahwa saya lulus di jalur tanpa tes atau dulu dikenal dengan SNMPT.
Dengan pernyataan lulus pada latar hijau di pengumuman via website, membuat hati ini riang tak terkira. Anak mamak lulus.
Saya dan teman-teman kemudian masuk dan bersapa di ruang chat jurusan.
Saya menebak-nebak setiap karakter teman-teman seangkatan saya.
"Si ini paling rame nih di grup, pasti orangnya supel banget, aktif berbicara, pinter ngomong."
Dan yah, akhirnya saya bertemu dengan teman saya tersebut yang saya kira pasti sosok ekstrovert banget. Akan tetapi, si doi ternyata memang aktif berbincang melalui tulisan sedangkan bertemu langsung ia berbicara ala kadarnya, to do point serta masih terkesan ada batasan keterbukaan.
Lambat laun, karena doi sudah kenal dekat dengan saya, ia akan lebih terbuka dan banyak bicara. Persis seperti saya! Sebenarnya introvert ketemu introvert, enggak bakal kayak kuburan kok. Hanya saja memang mereka perlu waktu untuk mengenalnya lebih dekat.
Saya sendiri pernah mengulas tentang ekstrovert adalah pasangan yang cocok untuk introvert. Tulisan tersebut berdasarkan opini pribadi dan studi kasus pada fenomena umum yang memang sering terjadi.
Orang diam, pasangannya cari yang aktif berbicara. Orang bar bar, perlu diademkan dengan pasangan yang kalem. Dan lain-lain.
Selain, introvert dikenal dengan diamnya, kadang kala orang-orang menyematkannya dengan takut berbicara di depan umum.
Jangan Takut Berbicara di Depan Umum
Artikel ini merupakan bagian kedua dari Seni Menjadi Introvert. Sebelumnya, saya curhat (eaa curcol) mengenai pandangan umum orang terkait introvert yang dicirikan sebagai orang yang pendiam. Padahal mah seseorang diam karena memang ia pengen diam ehehehe.
Baiklah pada kesempatan kali ini, saya ingin mengumandangkan kepada seluruh introvert di tanah air bahwasanya "Jangan Takut Berbicara di Depan Umum," titik.
Saya rasa, artikel ini berlaku untuk segala jenis manusia termasuk ekstrovert sekalipun.
Tetapi, moon maap nih yee agak nyombong dikitlah. Artikel ini ditulis oleh seorang Introvert kece, dan ditujukan kepada introvert kece pula. Wkwkwk
Semoga pengalaman saya yang introvert ini dapat bermanfaat bagi kalian, manusia-manusia yang sering kali salah didefinisikan oleh kamus dunia.
Simak dan resapilah.
Resep Rahasia Agar Tak Takut Berbicara di Depan Umum
1. Berusaha Mempersiapkan dengan Optimal
Jika manajemen organisasi ada yang namanya planning, maka sebelum tampil di depan umum kita perlu merencanakan struktur isi dari apa yang ingin kita utarakan.
Bagaimana Planning yang saya lakukan? Mungkin bisa kamu lakukan juga.
Kenali Audiens
Pertama, agar dapat meminimalisir rasa takut berbicara di depan umum maka kita perlu mengenali audiens. Siapa audiens kita?
Jika sobatkus sedang mengikuti lomba mendongeng tingkat SMP, biasanya audiens juga tidak jauh dari seumuran sobat. Kebanyakan adalah anak-anak yang hadir untuk menyaksikan. Pembawaan materi atau cerita perlu adanya adaptasi, seperti bertingkah jenaka, nada suara yang lebih lembut dan lucu, dan penekanan-penekanan yang santai lainnya. Anak kecil tidak suka pembahasan yang serius, ingat itu hehe
Lain hal, jika yang kita hadapi adalah presentasi lomba Karya Tulis Ilmiah, Esai, Pekan Ilmiah dan sejenis. Ini perlu adanya ketegasan dalam pembawaan materi. Yuk kenali, siapa audiensnya.
Susun Poin Materi
Dalam lomba esai tingkat kampus, saya pernah kepo dengan peserta lomba lainnya. Apasih yang ia baca, yang ia baca, itu kertas apa? Iya, saya penasaran dengan kertas salah satu peserta. Bukan kertas yang berisi karya yang ia lombakan. INI BEDA!! Mata saya menangkap kalimat-kalimat yang tertulis....
Ada salam pembuka, quotes menarik di awal, pembagian materi dengan partner team-nya dia, dan lain-lain.
Saya hanya melihat sekilas. Dan kalian tahu sobat? Si peserta tersebut sukses membawakan presentasinya dengan ciamik serta terstruktur dengan baik.
Sedangkan saya yang waktu itu masih tidak tau apa-apa, rasanya ada banyak poin yang menjadi blank ketika sudah tampil di depan. Nah untuk membunuh rasa takut berbicara di depan umum kita perlu mempersiapkan poin-poin yang ingin disampaikan.
Persiapkan Fasilitas Pendukung
Teman saya, Rian, pernah hujan-hujanan demi Pointer-Laser untuk persiapan lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan di Universitas Riau. Pointer sangat penting bagi kami yang ingin tampil mempresentasikan karya ilmiah di hadapan juri beserta audiens yang hadir.
Rian rela hujan-hujanan demi fasilitas pendukung, si kecil pointer. Dengan si kecil tersebut kami bisa menghemat waktu untuk perpindahan slide PPT. "Next kak, next kak, balik lagi kak ke halaman awal," hal itu sungguh menghabiskan waktu.
Pointer dapat mempermudah dalam presentasi serta lebih leluasi untuk lompat antar slide.
Selain itu, sobat juga bisa mempersiapkan brosur, poster, prototype produk, dan banyak lagi. Dengan adanya fasilitas pendukung dapat menambah value dari presentasi sobat, serta tentu dapat meminimalisirkan rasa takut berbicara di depan umum. Jadi lebih pede dong.
Latihan, latihan, dan terus latihan
Semakin sering kita latihan, maka akan semakin paham akan apa yang ingin kita sampaikan. Ketika paham, serasa nyantol gitu aja di kepala materinya.
Latihan di depan cermin, gunakan gesture tubuh yang baik. Kemudian, sobat bisa mengatur ritme pengucapan materi, rekam suara sobat agar dapat dievaluasi. Kecepetan nih, ulang lagilah. Dan kurangi kata 'Eee' yang keluar saat ada jeda mengingat, lebih baik diam sejenak kemudian melanjutkan.
Intinya, jangan berhenti berusaha untuk menjadi berani tampil di depan banyak orang.
2. Berdoa dan Beribadah Sebelum Memulai
Tak ada mantra yang lebih mujarab selain doa kepada sang Maha Kuasa, sebelum memulai aktivitas untuk meminta kemudahan serta keberkahan.
Waktu dulu, saya dan partner team pernah ikut suatu lomba Karya Tulis Ilmiah. Sebelum hari pelaksanaan, seorang teman pernah berpesan untuk terus berdoa dan memperbanyak ibadah sunah.
Bagi seorang Muslim, ibadah wajib kami tentu Salat 5 waktu. Selain itu, ada pula ibadah sunah seperti salat dhuha, dzikir pagi dan petang, Qiyamul Lail, Baca Surah Al-Kahfi di hari Jumat, dan banyak lagi.
Setiap berdoa selalu meminta untuk diberi kelancaran dan kemudahan, serta meminta kelembutan hati yang mendengarkan kita sewaktu presentasi.
Juri hanyalah manusia biasa, audiens juga manusia biasa. Mudah sekali bagi Allah untuk membolak-balikkan hati mereka. Sungguh ini resep rahasia agar tak takut berbicara di depan umum yang super manjur. Namun, kembali lagi pada niat. Jangan sampai niat kita melenceng. Misal, saya pengen menang agar dikatakan keren, saya pengen menang karena duitnya gede, dan lain-lain.
Niatkanlah, semoga karya sobat bisa menyumbang ide perubahan untuk kebaikan umat. Semoga materi yang sobat bagikan bisa bermanfaat bagi banyak orang.
3. 3S (Senyum, Salam, Sapa)
Resep rahasia ketiga tentang cara menghilangkan rasa takut berbicara di depan umum adalah dengan menerapkan 3S untuk pembuka
Resep lama, namun kebanyakan dari kita melupakan ini.
Saya sering berbisik ke diri sendiri, "Senyum res, senyum, jangan lupa senyum."
Senyum di hadapan saudaramu itu terhitung ibadah dan bernilai pahala, lebih tepatnya dianggap sebagai sedekah. Sedekah yang paling sederhana adalah tersenyum. Rasanya kalau lihat orang tersenyum, kek ada lega-leganya gitu.
Kemudian, salam. Penting banget ini. Jangan sampai lupa ya hehe.
Setelah itu, sapa audiens.
Dalam proyek mata kuliah, kami disuruh untuk seolah-olah menjadi seorang Manajer. Saat itu saya di posisikan sebagai Manajer Departemen Marketing. Jadi, di setiap kelompok berisi 5 orang yang di posisikan sebagai manajer di masing-masing departemen.
Kami ditugaskan untuk membangun sebuah proyek, kemudian membuat laporan yang akan disampaikan di akhir mata kuliah.
Saya sangat menyukai tugas kuliah semacam ini, selain bisa langsung praktek tentu kita dapat mengasah skill serta belajar berkerja sama di dalam tim.
Pada saat pelaporan hasil tugas, kami mempresentasikannya seolah-olah sebagai manajer. Saya ingat sekali, kelompok kami diapresiasi karena membuka presentasi dengan baik. Kami tidak menyapa pak dosen dengan sebutan dosen, tapi kami menyapa beliau dengan sapaan "Direktur."
Dosen kami mengevaluasi masing-masing kelompok, beliau berkata ada hal sederhana yang sering luput dari perhatian yakni ucapan hormat kepada pimpinan/dewan juri/dosen serta peserta/audiens.
Tambah asik lagi, sebelum menyapa awali dengan kalimat yang menarik bisa kutipan tokoh, sedikit sajak, atau berpantun.
Yakin deh, kalau pakai resep ini sedikit demi sedikit rasa takut berbicara di depan umum bakal hilang. Enggak hilang sih, paling diminimalisir.
4. Tampil Percaya Diri, Yakinkan Bahwa Kamu Bisa!
Sewaktu saya masih unyu-unyu di masa putih-biru (SMP), saya pernah ikut lomba mendongeng. Kabar bahwa saya ingin ikut lomba, tersiar ke keluarga besar saya termasuk nenek saya.
Nenek saya yang masih kental dengan mitos-mitos orang jaman dahulu berpesan, "Biar kamu gak gugup, clana dalemnya dibalik." Dengan polosnya saya pernah mengikuti mitos tersebut. Tentu bukannya saya jadi santai, tapi gugup malah tambah menjadi gugup.
Jika diingat-ingat lagi di masa sekarang, momen tersebut menjadi momen terkocak dalam sejaran perlombaan yang pernah saya ikuti. Pengen jungkir balik dahh rasanya, ketawa guling-guling wkwkwkk
Bagaimana kiat tampil percaya diri? Jadi begini sobatkus, ketika kita sudah dengan optimal mempersiapkannya serta sudah pula dengan berdoa agar diberi kelancaran, saya yakin sobat introvert bisa tampil percaya diri di depan umum!
Dalam buku "Bicara itu Ada Seninya," salah satu cara meredakan rasa gugup adalah dengan mengucapkan mantra dengan penuh keyakinan.
Selalu berpikir positif, selalu memantrai diri sendiri dengan kalimat "Aku pasti bisa! Aku terbaik!"
Ucapan mantra itu bisa dilakukan dengan membayangkan diri sendiri sedang berada di atas panggung. Lama kelamaan rasa percaya diri akan muncul di dalam diri kita. Kamu berani, kamu pasti bisa melawan rasa takut berbicara di depan umum. Semangat Introvert! Ekstrovert juga boleh baca dong hehe.
Gimana? Masih gak percaya kalo introvert bisa ngomong di depan umum? Kamu pasti bisa.
Terima kasih sudah membaca Seni Menjadi Introvert Part 2: Jangan Takut Berbicara di Depan Umum.